Nasional
Satu Mutiara Bangsa Telah Lepas, Selamat Jalan Pak Arcandra

Akhirnya Presiden Republik Indonesia, Jokowi, memberhentikan Archandra dengan terhormat dan menggantikannya sementara dengan Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Pelaksana tugas (Plt) Menteri ESDM.
Baca tulisan sebelumnya: Prabowo Subianto Juga Warga Negara Yordania, Habibie Jerman, Lantas Apa yang Salah dengan Archandra?
Penugasan Luhut itu sampai Jokowi menemukan sosok yang ideal dan berkompeten dibidang sumber daya mineral, pemberani dan bernyali tinggi seperti ibu Susi similikiti itu untuk memberantas para kartel mafia migas sampai ke akar-akarnya, tentunya murni harus orang Indonesia asli, bukan berkewarganegaraan ganda.
Jokowi akhirnya meleleh akibat digoncang, digoyang, digoreng sedemikian rupa, dibuat gaduh segaduh-gaduhnya dengan seabrek-abrek Undang-Undang buatan manusia itu yang dianggap bagaikan Kitab Suci, plus ancaman penjara kepada yang bersangkutan karena disangkakan perbuatan pidana melawan hukum memalsukan status kewarganegaraanya. Padahal yang bersangkutan tak pernah mengemis menawarkan diri untuk menjabat posisi strategis sebagai Menteri ESDM itu.
Ya mau bilang apa lagi, inilah kondisi negeri tercinta ini. Nasi sudah jadi bubur. Orang waras hanya bisa cabut uban sambil korek kuping dan sesekali tepok jidat, kenapa bangsa ini tak pernah lepas dari kutuk masalah dan kegaduhan baru yang selalu muncul silih berganti tak berkesudahan.
Para mafia pun tertawa lepas terbahak-bahak sambil bergumam dalam hati mereka, mampus lu, Archy. Mereka berpesta pora dengan kemenangan yang gemilang, pesta Wine & Beers ditemani lantunan merdu instrumental Saxophone diatas kapal pesiar yang super mewah dilautan Karibia yang teduh dan maha biru itu.
Satu skenario telah lolos dan sukses gemilang, sukses menyungsepkan mutiara yang kini telah lepas itu. Mereka bepesta pora sembari merancang strategi berikutnya untuk menyusupkan orang-orang mereka untuk segera disundul jadi Menteri yang paling berminyak di negeri ini demi mengamankan kepentingan mereka.
Mereka yang bergelimang harta haram itu selalu berupaya dengan segala macam cara untuk menguras kekayaan di negeri zamrud khatulistiwa yang maha melimpah ruah ini, berpesta pora diatas penderitaan rakyat miskin. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin melarat, hidup segan, mati tak mau di negeri tancap kayu dan batu jadi tanaman ini.
Mereka berupaya sebisa mungkin dengan segala macam cara akal bulus agar pundi-pundi kekayaan mereka semakin melimpah ruah hari lepas hari supaya hidup mereka terus bergelimang harta dan permata.
Sementara mayoritas rakyat di negeri gemah ripah loh jinawi ini ditindas semena-mena dengan cengkraman kuku legitimasi kekuasaan mereka, makan susah, sekolah susah, orang miskin dilarang sakit akibat biaya pengobatan yang mencekik leher rakyat jelata sampai lidah terjulur keluar akibat sudah bernafas.
Dalam benak para kartel mafia itu, terserah orang miskin melarat sampah masyarakat madani itu mau mampus kek, mau sekarat kek, mau menderita lahir dan bathin kek, itu urusan kalian. Siapa suruh jadi orang miskin. Yang penting aku dan keluargaku, sanak saudaraku, handai taulanku, hidup sejahtera makmur senantiasa.
Selamat jalan pak Archandra, mungkin garis tangan dan takdir bapak adalah sukses ditanah rantau, lebih dihargai di negeri orang, dijaga bagaikan emas murni dalam lempuyang perak permata yang ditaburi berlian dibandingkan dengan di negeri sendiri, dicerca, dihina, dan dianggap orang asing pengkhianat bangsa.
Ya sudah itu saja.
Case closed.

You must be logged in to post a comment Login