Connect with us

Opini

Demokrat Pasti Dukung Sandiaga, ‘Bayar Hutang’ 13 Miliar

Published

on

Demokrat Pasti Dukung Sandiaga, ‘Bayar Hutang’ 13 Miliar

Melihat kepercayaan diri seorang Sandiaga Uno jujur membuat saya kagum dan terkesima. Seorang politisi muda, baru, bisa sebegitu yakinnya bisa mengalahkan politisi senior seperti Ahok.

Ahok dan Sandiaga bagi saya ibarat anak SD dan dosen. Sandiaga baru masuk politik dan belum berpengalaman memimpin daerah atau mewakilinya. Bahwa Sandiaga memiliki perusahaan dan menjadi pemimpinnya, itu bukan jabatan politis. Sementara Ahok sudah pernah di DPR dan Bupati Belitung. Semuanya jabatan politis, sehingga wajar kalau Ahok begitu percaya diri memimpin ibu kota.

Jabatan politis dan profesional berbeda, dari tekanan, intrik sampai cara negosiasinya tak bisa disamakan. Jadi sederhananya, kalau saya ditanya siapa yang layak memimpin ibu kota antara Sandiaga atau Ahok? Jelas saya pilih Ahok.

Tapi lagi-lagi, kenapa Sandiaga Uno begitu percaya diri? Saya juga cukup penasaran kenapa Yusril tidak kunjung mendapat tempat mengingat dirinya adalah politisi yang sangat senior? Kenapa Sandiaga?

Semalam salah seorang informan seword cerita tentang beberapa hal yang membuat saya cukup mengerti. Mungkin jawaban paling masuk akalnya untuk saat ini adalah, karena SBY hampir pasti mendukung Sandiaga untuk balas jasa, atau bayar hutang.

Pada Pilpres 2009 lalu, tepatnya 25 Juni, PT Persada Capital Investama tercatat menyumbang sebesar 3.5 miliar. Kemudian PT Saratoga Investama Sedaya menyumbang sebesar 4.17 miliar. Selain itu, masih perusahaan yang sama, 25 Juni 2009 tercatat empat kali melakukan pengiriman dana sebesar 400 juta rupiah. Lalu 25 Juni kembali mengirimkan 400 juta rupiah sebanyak empat kali. Dan terakhir 29 Juni, tiga kali 400 juta rupiah dikirim ke partai SBY.

Semua perusahaan di atas merupakan perusahaan milik Sandiaga Uno. Sementara Sandiaga secara pribadi menyumbang sebesar 1 miliar rupiah ke partai SBY, hal ini tercatat dalam dokumen laporan audit KPU. Transaksi tersebut tercatat pada 30 Juni 2009. Dalam kolom keterangan disebutkan alamat Sandiaga: jalan Galuh 2 no 18 RT 3/1, Selong Kebayoran Baru.

Jadi, total sumbangan atas nama perusahaan dan pribadi Sandiaga Uno adalah senilai 13.07 miliar rupiah mengalir ke partai pemenang pemilu 2009 lalu. Angka hang cukup fantastis untuk mendukung SBY kembali terpilih sebagai Presiden.

2017 nanti posisinya terbalik. Sandiaga Uno akan berlaga di Pilgub DKI dan butuh banyak dukungan, baik itu partai, materi dan relawan. Jika melihat apa yang dilakukan Sandiaga Uno pada 2009 lalu untuk SBY, rasanya sangat wajar bila SBY sekarang harus mengupayakan Sandiaga Uno menang di Pilgub DKI dengan segala perangkat politik yang dimilikinya. Minimal Demokrat harus secara terbuka mendukung Sandiaga Uno.

Membasuh luka lama

Pada Pilpres 2014, kenapa SBY tidak merapat ke Prabowo? Padahal Hatta Rajasa besannya jadi calon Wakil Presiden? Jawabannya adalah karena catatan kelam masa silam. SBY pernah dipukuli oleh Prabowo, ini karena SBY ember memberi tahu Prabowo kabur dari camp Akabri.

Saat itu Prabowo dihukum oleh Gubernur Akabri, Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, yang merupakan ayah Ani Yudhoyono.

“Ini background kenapa nggak mungkin SBY ke sana meskipun kemudian besannya di sana, akhirnya dia dukung tapi nggak terang-terangan. Ini masalah gengsi. Dulu digebukin kok sekarang dukung,” tandas Hermawan Sulistyo mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Investigasi Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998.

Sementara pada Pilgub 2017 nanti Sandiaga akan menjadi calon Gubernur atau wakil yang diusung Gerindra. Apakah SBY masih akan malu-malu mendukung dan bergabung dengan partai Prabowo? Itu sangat menarik untuk kita tunggu. Tapi prediksi Pakar Mantan, Demokrat pasti berkoalisi dengan Gerindra.

Saya prediksi begitu karena luka Gerindra sepertinya sudah sembuh, sehingga sekarang mereka mau mendukung Sandiaga Uno. Padahal 2009 lalu, Gerindra adalah partai yang paling ngotot agar KPK mengusut aliran dana Sandiaga ke SBY. Apakah ini juga ‘bayar hutang’ Prabowo pada Pilpres 2014 lalu? Entahlah.

Sementara Demokrat juga akan luluh dengan Sandiaga Uno yang sudah mendukung SBY secara penuh, bukan hanya sekedar status sosial seperti besan dan sebagainya. Kalau Gerindra saja rela mendukung Sandiaga, mengapa Demokrat tidak?

Jadi jika nanti Demokrat dan Gerindra berkoalisi, ini akan jadi koalisi sembuh dari sakit hati. Dan hanya Sandiaga Uno yang bisa seperti itu. Tapi jika SBY tetap enggan mendukung Sandiaga, itu akan jadi catatan tersendiri bagi etika politik Demokrat.

Begitulah kura-kura.

Garuda Citizen truly of Indonesia » politik, hukum, sosial, wisata, budaya, dan berbagai berita peristiwa menarik dan penting untuk dibaca.