Opini
Intuisi, Firasat dan Rahasia Kehebatannya

Pernahkah melihat Messi atau C. Ronaldo bermain bola? Mereka banyak melakukan keajaiban dalam mengantisipasi bola. Selalu berada pada posisi dan waktu yang tepat. Mampu membaca kemana bola liar akan menukik. Rahasianya adalah Intuisi atau Firasat..
Intuisi dan firasat merupakan kemampuan super yang dimiliki manusia. Kehebatannya, jauh melampaui nalar manusia itu sendiri. Dan ternyata, kita semua memilikinya.
Namun, ada perbedaan besar antara Intuisi dan Firasat. Sebagian besar dari kita masih sering bias dalam memahami keduanya. Bahkan terkadang sering menyamakan; saat firasat muncul, kita beranggapan itu adalah Intuisi kita. Demikian juga sebaliknya.
Memahami keduanya, adalah modal penting dalam memunculkan kemampuan istimewa tersebut. Walau, tanpa sadar pun sebenarnya kita telah mengasah salah satu dari potensi tersebut sejak kecil.
Makin tertarik bukan? Oke, sebelum artikel neuroscience ini dilanjutkan ada baiknya anda menyeduh kopi terlebih dahulu. Biar tidak mengantuk. Karena penjelasannya akan sedikit panjang. He.. he…
Apa Itu Intuisi ?
Dalam sebuah suratnya, Einstein pernah menulis kepada Dr. H.L. Gordon tahun 1949; “Intuisi tidak lain adalah hasil pengalaman intelektual sebelumnya”.
Sementara, Abraham Maslow dalam Teori Kebutuhan, menyebutkan: Intuisi adalah “Pengalaman puncak”. Intuisi merupakan fakta-fakta empiris sepanjang pengalaman hidup seseorang yang kemudian mengendap dibawah kesadaran.
Mari kita kembali bicara tentang dua bintang lapangan hijau yang sudah saya sebutkan di paragraf awal tulisan ini. Messi dan C. Ronaldo.
Saya berahap anda pernah menonton bagaimana keduanya saat berakrobatik dalam setiap pertandingan sepak bola. Harus diakui, mereka adalah bintang yang hampir setiap orang di dunia mengenalnya. Bahkan hingga kepelosok desa yang tidak tercantum dalam peta dunia sekalipun, LOL.
Mereka seperti anak ajaib. Mampu bergerak mengantisipasi datangnya bola bahkan ketika bola itu sendiri baru menyentuh kaki lawan. Mereka dapat memposisikan arah gerak tubuhnya sesuai dengan kemungkinan arah gerak bola melaju.
Dan gerak antisipatif itu bahkan dilakukan, sebelum bola ditendang oleh lawan. Dan seolah telah ‘janjian’, mereka dengan bola benar-benar bertemu pada titik tertentu. Ajaib bukan?
Hukum fisika, matematika, sistem grafitasi bumi, arah mata angin, hingga kondisi suhu, yang mempengaruhi kecepatan dan arah bola yang menukik tajam dengan kecepatan tinggi dapat mereka taklukkan. Bahkan tanpa perlu berfikir!!
Mereka tidak punya waktu untuk menganalisa, kemana arah bola, walau sedetik. Jika ingin mencetak gol spektakuler dari bola liar dengan cara bersalto. Mereka mengandalkan Intuisi.
Dan inilah yang membuat mereka mampu menjebol gawang musuh tanpa terbaca oleh kiper profesional yang juga terbaik dunia.
Hebat bukan? Menurut saya, SANGAT!!… Pertanyaannya, bagaimana hal itu bisa terjadi ?
Menurut teori Dr. Larry Squire, Presiden Society of Neuroscience; ketika anda pertama kali melakukan tindakan/aktivitas berfikir untuk satu objek, atau bertingkah laku atau bersikap yang tidak sesuai dengan kebiasaan anda, proses awal ini terekam di otak akan berlangsung dalam wilayah cortex cerebral, wilayah sadar. Adanya di otak bagian luar.
Ini adalah proses belajar. Jika kemudian anda mengulang-ulang aktivitas baru tersebut, maka kegiatan itu di otak akan berpindah ke wilayah otak bawah sadar yang bersifat otomatis. Wilayah ini disebut Basal Ganglia.
Semakin sering anda melakukan sesuatu hal yang sama maka akan semakin otomatis dan semakin tidak disadari tindakan itu. Kebiasaan itu segera berubah dan lama kelamaan diperkuat.
Manifestasi proses di wilayah Basal Ganglia tersebut mewujud dalam tindakan-tindakan kita.
Sebagai contoh, ketika seseorang berada dalam posisi komandan militer. Memimpin satu batalyon tentara, sebagai seorang pengambil keputusan. Dalam hal ini, yang bersangkutan pasti sudah melewati berbagai macam proses belajar untuk sampai pada posisi itu.
Pengalaman-pengalaman selama menapaki jenjang tersebut akan mengendap di Basal Ganglia.
Proses dari mulai seleksi, menjadi prajurit, latihan-latihan, mengikuti proses simulasi tempur, terjun ke-mendan perang sebenarnya, melalui berbagai pertempuran berat, hingga kemudian mencapai posisi komandan akan menjadi sebuah pengalaman.
Ketika suatu saat dihadapkan pada posisi untuk mengambil sebuah keputusan, maka sistem akan bekerja secara otomatis dengan merujuk pada referensi-refrensi yang mengendap dalam otak bawah sadar. Sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang pernah dilewati. Yang bahkan secara sadar sudah terlupakan.
Intuisi seringkali tidak terpengaruh dengan opini sekitar. Bahkan ketika sang Komandan tempur tadi dihadapkan pada setumpuk data valid, sebagai referensi untuk pengambilan keputusan.
Seperti ketika dihadapkan pada posisi sulit, apakah harus mundur atau bertahan di medan tempur. Berdasarkan informasi yang diterima, secara kalkulasi jumlah personil dan posisi tidak menguntungkan. Sehingga berpotensi binasa.
Tapi sang Komandan mengambil keputusan berbeda. Berdasarkan naluri seorang yang memiliki pengalaman dan jam terbang, sering kali data-data dan informasi tidak dipakai sebagai rujukan.
Naluri yang datang secara otomatis berdasar pengalaman-pengalaman masa lalu yang sudah mengendap di dalam otak bawah sadar inilah yang disebut sebagai intuisi.
Keputusan yang diambil tersebut bahkan bertabrakan dengan data-data atau informasi yang disodorkan. Naluri seorang Komanda mengatakan “ada ketidaksesuaian antara data/informasi dengan naluri intelektualnya”.
Tetapi sang Komanda sendiri, juga tidak tahu pasti dimana ketidaksesuaiannya atau ketidaktepatan data/informasi yang dihadapankan padanya.
Naluri sang Komandan membimbing secara intuitif untuk mengambil keputusan, menyerang!!!…
Dan biasanya, naluri intuitif komandan benar. Ini sesungguhnya dikarenakan pengalaman-pengalaman yang telah mengendap dibawah sadarnya dan seringkali tidak lagi disadari. Karena sudah bersifat otomatis tanpa harus berfikir. Pengalaman-pengalaman bawah sadar ini sendiri tidak harus pengalaman-pengalaman intelektual. Ini secara alamiah adalah naluri hewani.
Cobalah anda bertanya dengan prajurit-prajurit terbaik yang pulang dari medan pertempuran. Mereka sering kali melakukan hal-hal yang tak terduga dan itu ternyata menyelamatkan mereka dari bahaya.
Setiap Orang Memiliki Intuisi Yang Unik
Setiap orang intuisinya berbeda dan unik. Dalam persoalan yang sama, setiap orang pasti memberi resfon yang berbeda, dalam penyelesaiannya.
Kenapa? Karena, intuisi selalu berkaitan dengan latar belakang pengalaman masa yang dipengaruhi oleh situasi, kondisi dan minat seseorang.
Seseorang dengan latar belakang pengetahuan ekonomi tidak mungkin memiliki intuisi tentang fisika, jika dia tidak memiliki latar belakang fisika. Seseorang dengan kemahiran bermain bulutangkis tidak mungkin memiliki intuisi seorang pemain sepakbola, jika dia tidak memiliki latar belakang sebagai pemain sepak bola. Seseorang dengan latar belakang fisika tidak mungkin memiliki intuisi kedokteran, jika dia tidak pernah mempelajari ilmu-ilmu kedokteran.
Dalam bidang yang sama pun, begitu. Intuisi C. Ronaldo sebagai pemain sepak bola, jelas tidak akan berfungsi sempurna ketika ia ditempatkan sebagai kiper.
Bahkan, bola yang di-over menggunakan mesin canggih dengan tingkat presisi sempurna, pada kekuatan, jarak, posisi, dan arah yang sama akan diresfon dengan cara berbeda oleh Messi dan C. Ronaldo.
Messi mungkin, akan menahan bola terlebih dahulu menggunakan dadanya, lalu secepat kilat menendangnya kearah gawang sebelum bola itu sempat menyentuh tanah.
Berbeda dengan C. Ronaldo, dia mungkin akan memutar badannya dengan kecepatan tinggi dan langsung menendang bola seperti layaknya gaya main bola Takraw. Karena, mungkin, sekali lagi mungkin, alam bawah sadarnya menyimpan memori saat dia pernah memainkan bola api di Bali.
Lalu bagaimana jika komandan militer terbaik tadi, berada di posisi kedua bintang sepak bola dunia itu? Ini juga mungkin. Serius!!…. Bola tidak akan pernah melesat ke-udara. Apalagi mengenai sang Komandan.
Karena, sebelum pemicu pada bagian belakang alat pelontar bergerak secara otomatis dengan sistem digital yang disetel 5 detik sekali mengenai sebuah tombol kecil pembuka katup udara pendorong bola itu, tersentuh. Sebuah timah panas telah menghentikannya. Engsel yang menjadi tumpuan pemicu sekaligus penahan pegas yang berfungsi sebagai pendorong lepas dari tempatnya.
“Saya tidak ingin terlihat konyol,” ujar Sang Komandan dengan nada tegas seolah ingin meloncat dari layar monitor LCD 17” milik penulis.
Memang, PS TNI sekarang sedang naik daun. Tapi dengan pakain seragam begini, jelas tidak bisa bergerak bebas. Bisa-bisa kepala yang kena. Lagian, penulis iseng banget sich, ujar sang Komandan dengan nada ketus, sambil berlalu pergi.
“Maaf pak,”
Ssstt.. santai, pembaca. Jangan terlalu serius, refresh sedikit. Kopi yang saya suruh bikin waktu diawal tadi, minum aja dulu. Ntar keburu dingin, he… he…
Pengaruh Intuisi Dalam Kehidupan
Intuisi adalah kemampuan super tidak berbatas dan melampaui nalar dari manusia itu sendiri. Ada yang menyadari dan ada yang tidak. Semakin kita menyadari tentang kekuatan intuisi, itu semakin baik untuk mengasahnya menjadi lebih hebat lagi.
Setiap saat kita selalu membuat keputusan. Kita mau kemana? Ketemu siapa? Berbicara apa? Melakukan apa? Dan lain sebagainya, adalah keputusan-keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan yang telah diambil akan mempengaruhi kehidupan kita dimasa yang akan datang.
Kita saat ini, adalah buah dari keputusan yang kita ambil pada masa lalu. Keputusan-keputusan tersebut sebagian besar tidak kita pikirkan terlebih dahulu. Mengalir begitu saja. Dan dominan ditentukan oleh intuisi kita.
Kita ambil sebuah contoh; seorang pebisnis melakukan berbagai transaksi sering kali melibatkan intuisi. Walau program kerjanya telah terencana.
Saat berbicara dengan clien, misalnya. Mungkin awalnya, hal-hal yang ingin dibicarakan telah disiapkan sedemikian rupa. Namun kenyataannya, pembicaraan akan mengalir begitu saja, mengikuti situasi dan kondisi.
Orang yang terlatih dan memiliki pengalaman, akan lebih mampu menyakinkan clien untuk bekerjasama dengannya.
Kita tidak perlu berpikir terlebih dahulu, ketika harus menjawab pertanyaan basa-basi dari clien. Namun, awal dari basa-basi itu pulalah yang akan menentukan, bahwa pembicaran tersebut akan berlanjut menjadi lebih baik atau tidak.
Apakah para bos-bos besar mempunyai berbagai kecakapan dan keahlian yang hebat? Beberapa ada, akan tetapi sebagian besar tidak. Bahkan, tingkat kemampuannya dalam menangani pekerjaan jauh dibawah kemampuan karyawannya.
Jika anda seorang karyawan, mungkin anda pernah sebel melihat atasan anda yang terkadang terlihat tidak lebih pintar dari anda. Ya, kan? Hayoo ngaku…
Tapi perlu diketahui, mereka mempunyai intuisi yang baik dalam melakukan berbagai keputusan. Mungkin mampu menjadi negosiator yang baik untuk mendapatkan sebuah proyek atau pekerjaan yang kemudian harus melibatkan anda sebagai pekerjanya.
Dia dapat mengetahui potensi atau peluang itu ada dimana. Walau terkadang itu masih di alam ide atau imaginasi.
Itu lah intuisi!!
Tahukah anda? Orang yang banyak membaca juga memiliki intuisi yang baik dalam mengambil keputusan. Orang yang gemar membaca bukanlah penghapal. Buku yang jumlahnya ratusan halaman dengan jumlah yang mungkin juga ratusan, bukanlah untuk dihapal. Melainkan memberi siraman pengetahuan kealam bawah sadar.
Sehingga, ketika berada pada situasi dan kondisi sebagaimana yang ditulis dalam buku, maka alam bawah sadar kita akan bekerja untuk mengambil keputusan. Intuisi kita akan bekerja mengimplementasikan endapan wawasan dan pengetahuan yang ada di otak bawah sadar kita.
Itulah kenapa orang yang memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman luas hidupnya akan lebih berkualitas. Karena, intuisinya bekerja dengan baik dalam mengasilkan keputusan-keputusan yang tepat.
Eit, hampir lupa. Kita belum berbicara tentang Firasat
Firasat Bukan Intuisi!
Selain naluri alamiah berupa intuisi, manusia juga memiliki naluri alamiah berupa Firasat. Keduanya adalah kemampuan super manusia yang melampaui logika.
Namun kedua memiliki perbedaan besar. Firasat tidak berkaitan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu. Sampai saat ini, firasat masih menjadi rahasia tuhan yang belum terpecahkan oleh manusia.
Bahkan, para ahli neuroscience sendiri belum mampu menggali penjelasan ilmiah darimana datangnya firasat.
Saya pribadi menganggap, Firasat adalah; alat sensor yang dimiliki manusia untuk merasakan sensasi suatu kejadian yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
Tapi, firasat bukan semacam ramalan. Ada perbedaan disini. Ramalan adalah kehendak untuk mengetahui rahasia masa depan atau sesuatu berada pada lokasi tertentu. Sedangkan firasat, lebih, berupa informasi yang datang begitu saja. Baik dari masa depan atau dari tempat tertentu.
Sebagai contoh; saat tiba-tiba kita merasa ada sensasi ganjil dalam diri kita. Yang biasanya juga terhubung juga dengan sesuatu.
Seperti rasa gelisah, lalu tiba-tiba kita ingat salah seorang sahabat atau anggota keluarga kita. Dan sesaat kemudian kita mendapat kabar bahwa sahabat atau anggota keluarga kita meninggal atau mengalami musibah. Ini disebut, firasat.
Sebagian besar orang mengaku pernah mendapat firasat. Dan kemudian sinyal pertanda itu, kemudian benar-benar menjadi nyata.
Sensasi informasi yang tidak terikat ruang dan waktu ini, memiliki kadar dan kekuatan yang berbeda pada setiap manusia. Tidak sedikit pula yang tidak ingin mengakui firasat. Biasanya menepis sensasi tersebut bahwa hal itu bukanlah sebuah informasi, melainkan karena kondisi kejiwaan saja.
Bagi orang yang meyakini firasat, biasanya sinyal informasi tersebut terasa kuat. Dan sering muncul. Sedangkan bagi yang mengabaikannya, maka tanda-tanda tersebut akan melemah. Bahkan, tidak terasa sama sekali.
Itulah kenapa, kadar kemunculan firasat antara satu dengan yang lain seolah berbeda.
Setiap manusia pasti pernah mengalami pengalaman-pengalaman yang bersifat intuitif atau firasati. Pengalaman intuitif lebih dapat dilatih kepekaannya, sedangkan firasat belum ditemukan konsepnya.
Beberapa ahli menyebutkan, firasat adalah bakat.
Saya secara pribadi berpendapat, bahwa firasat adalah kemampuan sensor manusia dalam menangkap informasi yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Setiap manusia memilikinya. Namun sensitifitas sensor itu akan menguat ketika kejiwaan manusia membuka diri terhadap munculnya sinyal informasi tersebut.
Firasat bisa jadi merupakan cikal-bakal indera keenam. Tapi sejujurnya, saya sendiri belum begitu yakin.
Sumber Inspirasi : Arief Prihantoro

You must be logged in to post a comment Login