Musik
7 Lagu Daerah Sulawesi Tenggara Paling Populer & Bersejarah

Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, termasuk dalam seni musik tradisional.
Lagu daerah Sulawesi Tenggara bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai historis, filosofis, dan sosial yang kuat.
Setiap lagu daerah menggambarkan identitas, kebiasaan, serta nilai-nilai luhur masyarakat setempat.
Artikel ini akan membahas 7 lagu daerah Sulawesi Tenggara yang paling populer dan memiliki nilai sejarah tinggi.
Lagu-lagu ini berasal dari berbagai suku di Sulawesi Tenggara, seperti Buton, Muna, dan Tolaki, yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.
Lagu Daerah Sulawesi Tenggara
Poraeku
Poraeku adalah lagu daerah Sulawesi Tenggara yang berasal dari suku Muna, Lagu ini memiliki makna mendalam tentang cinta terhadap tanah kelahiran.
Kata “Poraeku” dalam bahasa Muna berarti “perahuku,” yang secara simbolis menggambarkan kehidupan dan perjalanan seseorang dalam menghadapi tantangan hidup.
Lagu ini kerap dinyanyikan dalam berbagai acara adat dan budaya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan tanah air.
Dengan nada yang khas, Poraeku menjadi salah satu warisan budaya yang terus dilestarikan oleh masyarakat Muna.
Tana Wolio
Lagu Tana Wolio berasal dari daerah Buton dan menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat setempat.
“Tana Wolio” berarti “Tanah Wolio,” yang merujuk pada wilayah Kesultanan Buton, salah satu kerajaan maritim bersejarah di Nusantara.
Liriknya menggambarkan keindahan dan kejayaan Buton di masa lalu, serta semangat masyarakat dalam menjaga tradisi dan budaya.
Lagu ini sering diperdengarkan dalam acara adat dan pertunjukan seni budaya Buton sebagai pengingat akan kejayaan leluhur.
Sope-Sope
Sope-Sope adalah lagu daerah Sulawesi Tenggara yang sangat populer, terutama di kalangan masyarakat pesisir.
Lagu ini memiliki irama ceria dan lirik yang menggambarkan kehidupan nelayan yang berjuang mencari nafkah di lautan.
“Sope-sope” sendiri berarti “dayung perahu,” yang melambangkan semangat kerja keras dan kebersamaan.
Lagu ini sering dinyanyikan dalam acara perayaan dan festival budaya sebagai bentuk apresiasi terhadap para nelayan yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara.
Leundo Molulo
Lagu Leundo Molulo berasal dari budaya suku Tolaki dan sering dinyanyikan dalam acara Molulo, yaitu tarian khas Sulawesi Tenggara yang dilakukan secara massal dalam formasi lingkaran.
Lirik lagu lagu daerah sulawesi tenggara ini menggambarkan kebersamaan dan persatuan dalam kehidupan sosial, Leundo Molulo sering dimainkan dalam acara pernikahan, pesta rakyat, dan perayaan budaya lainnya.
Selain sebagai hiburan, lagu ini juga berfungsi sebagai media untuk mempererat hubungan antarsesama.
Symphony Bahteramas
Symphony Bahteramas merupakan lagu yang lebih modern dibandingkan lagu daerah lainnya, tetapi tetap mencerminkan budaya dan nilai-nilai masyarakat Sulawesi Tenggara.
“Bahteramas” adalah akronim dari Pembangunan Berbasis Bahari, Terpadu, Mandiri, dan Sejahtera, sebuah konsep pembangunan daerah Sulawesi Tenggara.
Lagu ini sering digunakan dalam acara resmi dan sebagai lagu kebanggaan daerah.
Dengan lirik yang mengangkat tema persatuan, pembangunan, dan kecintaan terhadap daerah, Symphony Bahteramas menjadi lagu yang banyak diperdengarkan dalam konteks formal dan seremonial.
Wulele Sanggula
Lagu Wulele Sanggula berasal dari suku Tolaki dan memiliki nuansa ceria serta penuh semangat.
Lagu ini sering dinyanyikan dalam acara adat, terutama dalam tarian Lulo, tarian khas Sulawesi Tenggara yang melambangkan kebersamaan.
Makna lagu ini berkaitan dengan kegembiraan, persaudaraan, dan semangat gotong royong.
Karena lirik dan nadanya yang energik, Wulele Sanggula menjadi salah satu lagu daerah yang sering dibawakan dalam pertunjukan budaya.
Peia Tawa-Tawa
Lagu Peia Tawa-Tawa adalah lagu daerah yang sering dikaitkan dengan ritual penyambutan tamu atau acara pernikahan dalam budaya Buton.
Lagu ini memiliki melodi yang khas dan biasanya dinyanyikan dalam suasana penuh suka cita.
“Peia Tawa-Tawa” sering diiringi dengan tarian khas yang menggambarkan keramahan dan keterbukaan masyarakat Buton dalam menyambut tamu atau peristiwa penting lainnya.
Lagu ini masih sering digunakan dalam berbagai acara budaya hingga saat ini.
Kesimpulan
Lagu daerah Sulawesi Tenggara tidak hanya menjadi bagian dari kesenian tradisional, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan kehidupan sosial masyarakatnya.
Dari lagu Poraeku yang penuh filosofi hingga Peia Tawa-Tawa yang melambangkan keramahan, setiap lagu memiliki cerita dan makna tersendiri.
Keberadaan lagu-lagu ini penting untuk terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya lokal.
Melalui pelestarian dan pengenalan lagu daerah kepada generasi muda, warisan budaya Sulawesi Tenggara dapat tetap hidup dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

You must be logged in to post a comment Login