Connect with us

Opini

Pengalaman bertemu tuhan, terungkap siapa umat pilihan Tuhan itu

Published

on

Pengalaman bertemu tuhan terungkap siapa umat pilihan Tuhan itu

Ini adalah tulisan paling serius dari banyak tulisan yang saya buat. Yakni tentang hal yang sebagian besar dibicarakan orang di dunia. Tentang tuhan. Ya… pengalaman bertemu tuhan.

Sebelum dilanjutkan, saya sedikit peringatkan bahwa; tulisan ini tidak baik bagi kesehatan beberapa kalangan. Seperti, orang-orang yang masih percaya dunia itu datar. Masih percaya bahwa buku panduan beragama itu (kitab suci) turun dari langit. Masih percaya bahwa kitab suci tidak pernah salah.

Atau masih berpegang teguh bahwa agamanyalah yang paling sempurna. Khususnya yang terahir ini sebaiknya segera close halaman ini. Bye…

Yang masih bertahan membaca adalah orang ngeyel. Dimana kemudian akan terkejut. Bahwa; ternyata tuhan yang sangat diagung-agungkan oleh banyak orang selama ini sangat sederhana.

Orang-orang bijak mengatakan, ada banyak cara untuk mencari tuhan. Salah satunya melalui agama. Dan ternyata, cara sulit adalah melalui agama. Hmm…

Beberapa dari tulisan yang saya baca, ada orang-orang pernah menceritakan pengalamannya bertemu tuhan. Dengan gaya dan visualisasi berbeda. Semua mungkin ada benarnya. Atau mungkin salah semua. Halusinasi atau delusi sesuai dengan karakter dan latar belakang pribadi masing-masing.

Sedikit bocoran. Setelah melalui proses yang panjang dengan jalan masing-masing, kita akan bertemu tuhan, dimana kita memulai pertama pencarian.

Tuhan itu jelmaan dari fikiran manusia?

Tuhan pada dasarnya menjelma dari pemikiran manusia itu sendiri? Tuhan yang banyak dikenal manusia saat ini, merupakan warisan dari pemikiran manusia kuno jaman primitive dulu. Melalui berbagai perenungan-perenungan. Seperti meditasi, tafakur, kontemplasi, tidur di gua-gua, dan lain sebagainya.

Tidak ada yang buruk sebenarnya tentang tuhan. Kecuali tuhan itu menjelma dari pemikiran orang-orang buruk.

Tuhan itu pada dasarnya terlihat sangat berbeda, antara tuhan manusia satu dengan manusia yang lain. Antara satu kaum dengan kaum yang lain. Antara satu zaman dengan zaman yang lain. Antara satu budaya dengan budaya yang lain.

Nilai-nilai kebenaran Tuhan juga mengalami perubahan, akibat dari berbagai pemberontakan pemikiran manusia. Dan terus di upgrade sesuai dengan perkembangan zaman. Pelan tapi pasti. Percaya tidak percaya begitulah adanya… Hmm…

Tuhan berubah sesuai dengan zaman

Tuhan pada zaman kuno, pada dasarnya mengalami perubahan besar-besaran, jika dilihat saat ini. Jika anda bertemu pada zaman primitive dulu, tuhan akan terlihat menyeramkan. Bahkan terlihat seperti monster untuk manusia zaman sekarang.

Tuhan pada zaman dulu seperti harus darah. Menyukai persembahan berupa korban nyawa manusia. Tuhan primitive terkesan melegalisasi perbudakan, pembunuhan, perang dan banyak hal keji lainnya. Mengerikan, jika diukur standarisasi kemanusiaan zaman sekarang.

Masih ingat tentang kisah Ibrahim yang diperintahkan oleh tuhan untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail? Katanya sich cobaan.

Ada beberapa versi dalam kisah tersebut. Khususnya dari kepercayaan agama Islam dan Kristen.

Dalam kisah Al-Quran, Ibrahim as diberi mimpi. Menyembelih anaknya sebagai kurban kepada tuhan. Lalu, Ismail as menafsirkan mimpi ayahnya itu sebagai perintah Tuhan. Sebagai anak yang baik dan saleh, tentu Ismail menurut, karena menurut pemahamannya, mimpi ayahnya itu adalah perintah Tuhan. Sang ayah juga menafsirkan mimpi ini sebagai perintah. Ulama-ulama juga berkata bahwa mimpi yang dialami oleh para nabi merupakan wahyu. Ibarat kata ini merupakan sebuah ujian tentang ketakwaan terhadap tuhan.

Kalau membaca kisah penyembelihan ini melalui redaksi Bibel, perintah menyembelih Ishak ditulis sebagai perintah Tuhan kepada Abraham. (Dalam versi Bibel, yang rencananya akan disembelih adalah Ishak, anak ke-2 Ibrahim; bukan Ismail, anak pertamanya).

Dalam kisah ini, saya tidak ingin melihat perbedaannya. Karena percuma! Itu kisah kuno yang tidak mungkin bisa dibuktikan, mana paling benar. Saking kunonya, mimpi serem saja dianggap datangnya dari tuhan. Dan yang jelas sidak akan ada yang dapat bersaksi dizaman ini.

Tapi ada sebuah pelajaran penting yang bisa dipetik tentang perubahan Tuhan pada zaman itu.

Pertama tentang gambaran agama kuno zaman itu. Praktik pengorbanan manusia lazim dilakukan pada masanya: mengorbankan anak, pendeta, perempuan, manusia, dengan disembelih, diterjunkan ke jurang, atau dihanyutkan ke sungai/laut. Di skandinavia kuno, pendeta dikorbankan. Di mesir kuno, gadis cantik ditenggelamkan ke sungai Nil. Di peradaban Aztec, manusia disembelih di atas altar. Semua prinsifnya untuk menyenangkan tuhan.

Bahkan dalam teologi Paulus, anak-Tuhan sendiri juga dikorbankan, supaya Bapak-Tuhan mau/bisa mengampuni dosa-dosa manusia.

Terus apakah anda percaya bahwa waktu itu ada suara tuhan yang mengelegar dari langit. Dan meminta untuk menghentikan acara sakral pengorbanan manusia itu?

Tidak, suara Tuhan itu menjelma dari dalam diri Ibrahim sendiri. Bahwa hal itu tidak benar. Dalam proses pengorbanan sakral itu, terjadi pergolakan hebat didalam diri pelaku. Sehingga memunculkan pemikiran bahwa hal tersebut harus dihentikan.

Dan begitulah cara kerja Tuhan menjelma. Dan oleh banyak orang dianggap wahyu, petunjuk, pencerahan, hidayah, atau apa pun namanya. Dan semua berubah, seolah itu masa pencerahan.

Yang berubah itu manusia. Dan tuhan  pun menjelma dalam perubahan tersebut.

Tuhan berubah ketika ada pemberontakan? Atau ada tuhan lain, selain tuhan yang menjelma dari dalam diri Ibrahim? Hmm…

Yang jelas, sejak itu, ritual pengorbanan nyawa manusia terhadap Tuhan mulai berkurang. Dan sekarang sudah nyaris tidak terdengar lagi. Jika pun masih ada, maka pelakunyalah yang dianggap salah, bukan Tuhan. Karena Tuhan zaman sekarang sudah sangat manusiawi sekali. Hmm…

Tuhan melegalisasi perbudakan

Mari kita kembali membaca kisah-kisah primitive zaman kuno dulu. Dimana perbudakan itu legal. Dan kaum pria dianggap syah, tanpa salah menyetubuhi budak wanita. Dan tidak berlaku sebaliknya. Karena memang, bahasa menyetubuhi adalah milik pria. Kalau wanita, ya di setubuhi. Masa… seorang wanita ‘menyetubuhi’ beberapa budak pria. Hmm…

Dan perlu diketahui, tuan-tuan dari para budak itu adalah rata-rata terdiri kaum ber-Tuhan. Sebagian tokoh bahkan dikisahkan adalah utusan Tuhan. Dan pada masa itu, Tuhan melegalisasi acara perbudakan. Termasuk menyetubuhi budak-budak. Dan mungkin juga disetubuhi budak-budak.

Apakah ada yang salah? Tidak! Tidak ada yang salah sama sekali. Zaman perbudakan waktu itu dianggap lumrah. Bahkan para budak sendiri, waktu itu, menganggap tidak ada yang salah dengan itu.

Pada zamannya, budak itu dinilai sebagai; ukuran status sosial.  Berapa jumlah budak yang dimiliki merupakan ukuran tingkat kekayaan dan kehormatan. Ibarat kata, memiliki budak zaman dulu sama dengan kebanggaan manusia zaman sekarang dengan memiliki beberapa unit mobil mewah. Bisa diperjual-belikan di Showroom atau zaman dulu pasar budak.

Budak itu dianggap, setengah manusia setengah hewan. Meski secara fisik berbentuk manusia. Namun secara nilai, status dan kedudukan, seorang budak setara dengan hewan. Boleh dibilang, budak adalah hewan yang berwujud manusia. Atau bisa juga sebaliknya.

Mungkin di masa sekarang ini agak sulit membayangkan realitas ini. Tetapi umat manusia sepanjang puluhan abad silam, telah hidup di tengah perbudakan, manusia atas manusia. Dan dianggap sangat manusiawi.

Lalu bagaimana Tuhan memposisikan diri pada abad perbudakan itu. Tuhan melegalkannya!!.., Cius?, Ya!.. Sumpah!  Hmm….

Bagaimana Tuhan ikut andil melegalisasi perbudakan? Seperti biasa, ya..melalui wahyu-Nya. Tuhan membisikkan persetujuannya tentang perbudakan dalam hati suci orang-orang yang telah terpilih.

Bagaimana dengan para nabi? Well, mereka menyempurnakannya dengan sedikit tambahan aturan sana-sini. Biar sedikit teratur.  Tapi tidak berubah, budak ya… budak. Setengah manusia setengah binatang. Mau di suruh kerja, mau disuruh nari perut, atau mau di setubuhi, bisa. Suka-suka..

Ketika manusia tidak menganggap salah, maka Tuhan pun tidak menganggap salah. Dan saat itu, perbudakan tidak dianggap salah. Maka bagi Tuhan pun tidak salah. Begitulah konsepnya.

Tuhan bisa berubah fikiran

Seluruh peradaban dunia di masa lalu memang pernah melegalkan perbudakan manusia. Hal itu diakui dalam sistem hukum positif. Pasar budak di masa itu legal dan diakui secara resmi. Dan para budak itu menjadi aset kekayaan sah dan legal di mata hukum.

Saat acara perbudakan sudah diharamkan oleh dunia. Perbudakan dianggap tindakan illegal dan tidak manusiawi. Jika pun masih ada yang setuju dengan perbudakan dan memperbudak manusia lain, maka yang bersangkutan dinilai bejad. Dianggap tidak manusiawi.

Maka kalau hari ini ada pihak-pihak yang justru ingin menghidup-hidupkan lagi perbudakan. Baik lewat jalur perang dan pembegalan, lihat bagaimana banyak orang menganggap pelakunya adalah pendosa.

Bahkan, kaum agamawan, tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi ketuhanan serentak mengecam pelaku perbudakan. Murka.., mewaliki kemurkaan Tuhan terhadap perbudakan.

Apa??!! Sekarang Tuhan murka terhadap perbudakan?!… Begitulah setidaknya, tersirat dari Tuhan berkata melalui mulut-mulut tokoh agama atau kaum rohaniawan. Perbudakan itu tidak manusiawi!.., Tuhan tidak suka itu!!…

Pertanyaannya, apakah Tuhan zaman era perbudakan sudah meninggal? Lalu, lahir Tuhan baru. Yang tidak suka perbudakan? Atau tuhan yang sama telah berubah fikiran sehingga lebih menusiawi?.. Hmm…

Aktivis HAM itu nabi

Sayangnya, zaman nabi-nabi sudah tidak ada lagi. Sejak Islam mengklaim bahwa nabi Terakhir adalah Nabi Muhammad. Sehingga sejak saat itu, tidak adalagi nabi baru yang muncul. Jika pun ada, maka dianggap nabi palsu alias abal-abal alias nabi KW. Dan sudah pasti, Tuhan melalui mulut kaum agamawan berbicara bahwa itu sesat!

Tapi konsep sesat itu, sebenarnya adalah jalan baru. Setiap orang tersesat biasanya, ketemu jalan baru untuk mencapai tujuan. Bisa lebih cepat atau bisa lebih berliku.

Para nabi pun, pada dasarnya dianggap sesat oleh kaum sebelumnya. Khususnya bagi mereka yang tidak ingin perubahan. Setiap nabi yang lahir pasti akan membawa perubahan terhadap sisi sosial kemanusiaan.

Nabi Ibrahim sendiri, mungkin pada zaman dahulu kala dianggap sesat. Minimal oleh mereka yang tetap percaya bahwa Tuhan butuh persembahan/korban nyawa manusia, untuk bukti ketakwaannya.

Nabi terkahir Muhammad pun, diperangi oleh kaum yang tetap bertahan kepada kepercayaan lama.

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia. Yaitu, hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik.

Pembebasan perbudakan terjadi sejak tercetusnya HAM (Hak Azazi Manusia) di dunia. Karena dianggap melanggar Hak Kebebasan manusia. Penjajahan di dunia pun dianggap melanggar HAM.

Saat ini, hampir sebagian besar orang menyetujui dan menganut paham tersebut. Bahwa manusia memiliki Hak Azazi. Bahkan bayi yang masih didalam kandungan ibu pun sudah memiliki HAM.

HAM juga secara bertahap mulai diyakini merupakan nilai-nilai kebenaran Tuhan. Ternyata, Tuhan dizaman modern sudah mengenal HAM. Hmm…

Walau dibeberapa agama tidak mengenal HAM, namun penganutnya; secara diam-diam setuju dengan adanya HAM. Sebagian sambil malu-malu kucing, juga menentang perbudakan atau hal-hal yang bertentangan dengan HAM.

Pencetus ide HAM pada dasarnya adalah kaum ekstreemis atau pemberontak paham lama. Salah satunya, paham perbudakan yang pernah dilegalkan oleh tuhan melalui ayat-ayat yang dibisikkannya melalui orang-orang terpilih.

Aktivis HAM juga konsepnya tidak jauh berbeda dengan Ibrahim yang menentang metode lama. Dengan menggantinya dengan konsep yang lebih beradab menurut pandangan manusia terkini. Dan akan terus mengalami perubahan.

Sosok zaman dahulu kala yang membuat perubahan terhadap tatanan kemanusiaan. Khususnya yang dianggap membawa nilai-nilai kebaikan, dianggap nabi. Utusan dari Tuhan. Yang digambarkan mendapat wahyu, pencerahan, hidayah, atau lainnya.

Sementara pencetus ide HAM tidak bisa lagi dianggap nabi. Kenapa? Karena,  zaman nabi sudah berakhir. Hmm….

Siapakah Umat Pilihan Tuhan Itu

Siapa yang mengangkat para orang-orang, sehingga dianggap sebagai utusan Tuhan. Tuhan kah? Atau ada SK yang turun dari langit? Atau ada pengumuman dengan pengeras suara yang berkumandang dipermukaan bumi? Entah kalau anda. Kalau saya, yakin tidak. Karena tidak begitu konsepnya.

Para utusan Tuhan itu pada dasarnya, sama seperti kita. Manusia biasa. Melakukan berbagai hal sebagaimana biasanya manusia. Makan, minum, bercinta, dan lain-lain. Pada prinsifnya, melakukan apapun yang dilakukan manusia pada zamannya.

Jika pada zaman budak, utusan Tuhan juga memelihara budak dan juga menyetubuhinya. Sangat manusiawi sekali. Dan tidak ada yang salah, waktu itu. Memang manusia zaman dulu ya begitu.

Utusan Tuhan itu adalah para pemberontak. Ekstreemis idealis yang ingin adanya perubahan terdahap situasi kondisi yang dianggap tidak wajar. Dan akan berlawanan dengan orang-orang yang tidak ingin adanya perubahan. Begitulah konsepnya.

Ada yang merasa mendapat Wahyu dan ada pula seperti ide. Dan ada pula yang memperjuangkan hal-hal yang sudah ada.

Mari kita lihat, bahwa Tuhan hadir pada diri manusia sebenarnya tidak sama persis. Tergantung orangnya. Ada yang terlihat arogan dan haus darah. Ada yang terlihat bijaksana. Dan Tuhan pun akan menjelma kekanak-kanakan dari orang yang tidak berifikir dewasa.

Tuhan dari kelompok agama radikal akan menjelma seperti monster. Ingin melahap siapa saja yang tidak sejalan dengan kelompok tersebut. Tuhan akan terlihat membenci semua manusia di muka bumi ini, kecuali kelompok tersebut.

Dan percaya atau tidak, bahwa kelompok ini pun merasa dirinya adalah utusan Tuhan. Utusan untuk menyelamatkan dunia ini dari kehancuran. Dan prosuder utusan Tuhan memang begitu, tidak salah.

Jika tak percaya masuklah dalam kelompok itu. Rasakan sensasinya menjadi pelaku bom  bunuh diri dan anda akan merasakan bagaimana jadi utusan Tuhan itu.

Atau mari lihat orang-orang yang bercokol dalam kelompok-kelompok agama. Walau bukan seratus persen merasa sebagai utusan Tuhan. Mereka rata-rata merasa sebagai mahluk yang paling beruntung. Karena berada pada kelompok yang tepat. Mereka merasa sebagai kaum terpilih. Jadi jangan heran jika banyak sekali yang gampang merendahkan orang dan meninggikan diri sendiri.

Tuhan dari kaum ini menjelma sebagai Tuhan yang pilih kasih dan egois. Bumi dan segala isinya hanya diridhoi untuk klub eksklusif umat pilihan Tuhan ini. Yang lain numpang? Hmm…

Tuhan muncul sebagai sosok intoleran terhadap perbedaan.

Tidak banyak yang tahu, kecuali orang-orang pernah bertemu Tuhan. Bahwa umat pilihan Tuhan itu ditetapkan oleh manusianya sendiri. Tinggal bilang bahwa dirinya pilihan Tuhan. Sederhana.. dan begitulah konsepnya.

Bersambung : Tuhan itu penting

Blogger dan SEO Expert di Garuda Website. Sebuah perusahaan Web Developer di Jakarta Indonesia

Continue Reading
Advertisement
8 Comments

8 Comments

  1. Dimas

    Juli 17, 2016 at 5:23 am

    Orang filsafat ya? waduh mas, kalau mengartikan Tuhan dari akal manusia, ya lama2 jadi atheis anda… karena itu banyak orang filsafat itu atheis 😉

    • Dedi Ariko

      Juli 17, 2016 at 8:32 pm

      Sejauh ini saya tidak atheis. Saya tetap theis. Cuma mungkin konsepnya aja berbeda. Tuhan bagi saya sangat penting sebagai simbol penghubung manusia dengan kesadarannya. Dimana akhirnya saya tidak men-tuhan-kan mitos dan tahyul.

      —>> Tuhan bagi saya mewujud melalui kesadaran manusia itu sendiri. Dan tentu dalam bentuk nilai-nilai kebaikan. Jika buruk maka itu bentuk simbolnya Iblis alias Syaiton.

      —>> Itulah kenapa saya menggambarkan pada tulisan diatas, wujud dari kesadaran manusia jaman dulu dengan sekarang berbeda. Zaman dulu perbudakan misalnya, dianggap benar. Dan berbeda dengan zaman sekarang.

      —>> Coba anda lihat keluar sana, kondisi dunia saat ini. Begitu banyak kasus bom bunuh diri atau teroris atas nama agama. Bagi kesadaran para pelaku, hal tersebut adalah benar. Karena mereka yakin, itulah yang dikehendaki Tuhan mereka. Saking yakinnya bahwa itu kehendak tuhan, nyawa mereka siap dikorbankan.

      —>> Tapi, bagi kesadaran saya, bom bunuh diri atau teroris bukanlah kehendak Tuhan. Tuhan saya ingin dunia ini damai. Perbedaan suku, bangsa, bahasa, agama, pemikiran, kesadaran, bukan sebuah persoalan. Karena sejatinya manusia memang berbeda.

      —>>Tuhan saya menginginkan otak yang telah dianugrahkannya pada manusia, dipakai untuk berfikir. Termasuk memikirkan tentang Tuhan itu sendiri. Sebagai mahluk spiritual juga harus berproses. Bukan melulu berada pada tataran syariat. Hanya menjalankan sesuatu yang bahkan dia belum begitu percaya pada apa yang dilakukannya.

      —>> Cinta Tuhan juga jangan cinta buta. Berteriak-teriak memekikkan namanya, lalu menyembelih orang lain. Atau memang begitu kehendak Tuhan? Mari gunakan alat yang telah dilengkapi Tuhan pada setiap manusia. Sehingga terus berproses menuju kebaikan.

      —>> Itulah bentuk Tuhan yang saya temui. Saya tidak tahu dengan Tuhan anda. Apakah bengis? Benci dengan salah satu kaum? Atau Tuhan yang pilih kasih? Monggo dijawab

  2. Dimas

    Juli 17, 2016 at 5:53 am

    kalo ini post terserius yg pernah anda tulis.. mnurut saya ini post paling tidak masuk akal yang pernah saya lihat. tentang Tuhan maksud saya.
    knapa bisa? saya bukan siapa2 jadi saya cuma mau njawab dengan sesimpel2nya karena jika saya njawab dengan panjang lebar pun, orang filsuf sprti anda pasti akan mengelak.
    Tuhan memperbolehkan perbudakan, kekerasan dan hal negatif lainnya pada zaman dahulu? jawaban saya adalah tidak. tuhan mungkin memang merencanakan rangkaian peristiwa trsebut. anda percaya “Rencana Tuhan” ? Tuhan menciptakan peristiwa2 itu supaya kita, manusia sekarang menjadikan Hal2 negatif tersebut sebagai pembelajaran. udah itu aja dari sy, seenggaknya saya gak sok tahu sprti post ini *ups

    • Dedi Ariko

      Juli 17, 2016 at 9:04 pm

      —>> Oh… begitu. sepertinya anda menambah sample baru dari tulisan saya diatas. Saya tidak tahu itu wahyu datang ke anda langsung atau orang lain. Yang saya tangkap adalah; dimasa saat ini, Tuhan kembali mewahyukan bahwa berbagai hal negatif masa lalu pembelajaran.
      —>> Melalui anda, Tuhan menjelma sebagai sosok yang pilih kasih terhadap mahluknya. Sayang yang tak terhingga untuk manusia masa sekarang. Dia memberi pembelajaran untuk manusia masa sekarang dengan mengorbankan manusia masa lalu sebagai objek penderita. Penderitaan budak dan korban nyawa sebagai sesembahan masa lalu hanya alat pembelajaran.
      —>> Perencanaan yang buruk harus mengorbankan begitu banyak yang lain. Hanya untuk manusia sekarang. Mungkin juga menurut anda perang2 agama zaman dulu adalah peristiwa yang diciptakan Tuhan untuk pembelajaran? Hmm..

  3. Emilia

    Juli 23, 2016 at 8:41 pm

    Kalo saya setuju dengan artikelnya….😊 saya juga berpikir seperti itu…. tapi emang gak gampang semua mau menerima karena sudah terlanjur kena doktrin dr kecil….

  4. rubio

    Juli 26, 2016 at 6:22 am

    konsep tuhan itu muncul dr otak manusia, itu saja

  5. Bhineka

    Desember 5, 2016 at 4:15 pm

    Berarti adakah Tuhan yang katanya ESA itu mempengaruhi hidup manusia?

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply