Cerbung
Wanita Malam Part 2 : I Feel is alright

Sekali lagi saya katakan, saya adalah wanita malam. Dan pastinya juga ada pria malam. Karena tuhan menciptakan mahluknya berpasang-pasangan.
Ada wanita, ada pria, ada kiri, ada kanan, ada siang dan ada juga malam. Ada baik pasti ada juga tidak baik. Biar seimbang, mungkin begitu maksud tuhan.
Jadi saya sering berpikir, kenapa sering kali yang merasa baik ingin menghakimi yang tidak baik dan merasa mereka punya kuasa untuk itu. Bahkan ingin mengikis habis hal-hal yang tidak baik. Apa malah jadi tidak seimbang dunia ini nantinya.
Ah… maaf, saya seolah membela hal-hal yang tidak baik. Mungkin saya berpendapat begitu karena saya melihat dari sudut pandang orang-orang yang tidak baik.
Tapi satu yang saya sangat yakini; manusia tidak akan mampu menilai dan merasakan sesuatu itu indah atau baik tanpa ada sesuatu yang tidak baik atau buruk.
***
Ada sedikit perubahan rencana. Jika awalnya wawancara atau ngobrol hanya dilakukan di depan gedung kantor Pemda Kepahiang, namun lama-lama terasa bosan juga. Selain kenderaan yang lalu lalang dan kilauan lampu mobil, tidak ada hal lain yang bisa dinikmati. Pengaruh alkohol menuntut sesuatu yang lebih. Lampu blitz disko misalnya, he… he..
Jarum jam terus merangkak. Hampir mendekati angka tiga. Sang wartawan tahu dengan kegelisahan yang menunjukkan kebosanan saya yang hanya duduk dan bercerita di dalam mobil. Ide muncul, dan saya menyetujuinya.
Ada beberapa pilihan yang sebenarnya bisa kami kunjungi. Sesuai rencana awal menuju puncak, sebenarnya terdapat beberapa tempat hiburan malam berbentuk café atau sebenarnya lebih berbentuk warung remang-remang. Atau bisa juga mengarah ke Bogor. Beberapa tempat menjanjikan sisi lain dari kota hujan itu. Lumayan lah untuk menghilangkan kangen suasana diskotique.
Tapi kami sepakat mengarahkan mobil meluncur menuju Jakarta. Disana menunggu beberapa tempat karaoke sampai pagi. Bisa lebih santai dan volume music bisa diatur sendiri. Karena ketika di booking, room itu menjadi milik kita untuk sementara. Jadi masih bisa sambil ngobrol maksudnya. Kalau di café atau diskotique jelas tidak bisa. Malah, bisa-bisa ‘on’ semalam suntuk.
Tau dengan istilah ‘on’? Mungkin bagi masyarkat yang baik-baik, tidak tahu itu. Tapi bagi kami, itu adalah moment yang sungguh mengenakkan. Saking enaknya, kendati sudah tahu itu dilarang, berimbas buruk terhadap diri sendiri, bahkan dapat berakibat fatal pada kematian ketika over dosis dan itu sering terjadi. ‘On’ seolah tidak bisa dilepas begitu saja. Setiap ada kesempatan tak mampu untuk ditolak. Malah sering kali dicari. Walau, harus dibayar dengan harga mahal sekalipun.
“On” adalah kondisi ketika kita mabuk setelah menelan inex atau ecstasy. Tau dengan Inex atau ecstasy? Ah.. sudah lah jika itu pun tidak tahu. Yang pasti barang memabukkan dan dilarang oleh pemerintah. Namun anehnya tetap beredar dan tidak susah dicari.
“On” juga banyak yang menyebutnya triping.
Jujur, saya sendiri takjub dengan pencipta pil ecstasy. Entah ide nya untuk apa? Yang jelas efek yang didapat sangat-sangat luar biasa dan membuat orang kencanduan termasuk saya.
Pertama, setelah beberapa menit awal kita menelan ecstasy, kaki mulai terasa dingin dan merayap hingga ke sekujur tubuh. Lalu setiap bagian tubuh merasakan sensasi yang terasa nikmat apalagi ketika dibawa bergerak mengikuti irama music. Jika tidak ada music? Bisa mati. Gak percaya coba saja!!!
_________
Lagu patah hati yang lirih, membayangkan seorang gadis lain didalam mobil pacarnya. Hatin On The Club. Suara khas penyanyi cantik berkulit hitam, Rihana, memenuhi setiap ruang mobil. Dentuman bass R&B dari subwoofer yang menghentak, mengiri perjalanan menuju Curup. Tidak banyak hal yang kami bicara. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ada sesuatu yang bisa dirasakan ketika dalam perjalan malam menuju Jakarta. Bogor – Jakarta terasa sangat dekat. Jika saat normal siang, waktu tempuh sampai 1 – 2 jam. Maka malam hanya dilalui beberapa puluh menit.
Kota Jakarta sendiri, terasa begitu kecil. Dari satu sudut menuju sudut lain, dapat dicapai hanya dalam beberapa menit.
“Lalu apa yang terjadi setelah itu? “ Sang wartwan memecah kediaman kami.
“Soal apa?” jawab saya sekenanya.
“Soal peristiwa kamu di kamar Arles.”
“Yah.. terjadilah,”
“Maksudnya?”
“Saya di perkosa.”
“Segampang itu?”
“What??”
Tidak ada yang gampang. Saya berjuang mati-matian melawan kekuatan Arles. Namun semakin kuat saya meronta malah membuat lelaki itu semakin kesetanan. Napasnya yang memburu memekakkan gendang telinga saya.. seolah berupaya mengalahkan teriakan serak Aerosmith dari speaker. Saya mengutuk automatis tubuh yang bekerja saat itu. Cairan yang muncul secara otomasi sehingga memperlancar proses kerja Arles yang jahanam itu. Dan saya hanya memejamkan mata dengan tangisan yang tidak dipedulikannya.
“Maaf… apa pertanyaan saya menyinggung kamu?,”
Sejurus kemudia tangan sang wartawan langsung menyambar sehelai tissue di dashboard mobil dan langsung menyeka setetes air mata yang tidak terasa jatuh dari mata saya.
“I feel is alright.. Tapi kamu kembali membuka luka saya,”
Ingin dipeluk. Itu yang saya rasakan sekarang. Yah… saya heran, dan banyak wanita juga merasakan itu. Ketika hatinya galau, merasa ingin dipeluk. Entah, ada semacam zat kimia bereaksi ditubuh wanita yang membuat nyaman ketika mendapat pelukan hangat dari lelaki. Ada rasa aman dan dilingdungi.
Namun hal itu tidak mungkin saya dapat dari sang wartawan. Selain saya hanya sebagai narasumber untuk tulisannya, dia juga sedang sibuk memegang kendali mobil.
Atau jika kami ingin berakhir kebawah jembatan Semanggi yang dibawahnya tidak ada sungai sama sekali, maka lakukanlah acara yang selalu mengingatkan saya pada teletubies, “berpelukan itu..” hehehe…
Ah.. melalui jembatan Semanggi memang tidak seperti jembatan di kampung saya. Jembatan di kampung, melintasi deras nya sungai musi. Dan Jembatan Semanggi adalah suatu flyover yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Jembatan ini disebut Jembatan Semanggi karena dibangun di kawasan Karet Semanggi, Setiabudi, akan tetapi banyak juga yang mengatakan karena bentuknya yang seperti daun Semanggi maka istilah Jembatan Semanggi digunakan. Ah.. terserah lah..
Kami kembali diam..
Memasuki jalan Jend Sudirman, dari celah kaca pintu mobil yang sengaja dibuka udara terasa cukup lebih dingin. Setidaknya jika dibandingkan saat siang, pasti di sini rasanya kaya di gurun Arab sana.
Benar atau tidak, menurut beberapa orang cuaca sangat mempengaruhi penduduk suatu wilayah. Jika berada diwilayah yang dingin, maka masyarakatnya cenderung adem, ayem, tentram. Sebaliknya jika diwilayah bersuhu panas, maka yang bermukim disana akan cenderung menyukai tantangan, dinamis, dan aktif.
Mungkin karakter orang yang berada di wilayah antara Jakarta dan Bogor – Jawa Barat yang berbeda cukup jauh, juga ada pengaruh cuaca yang berbeda.
Jakarta yang mempunyai cuaca dengan suhu yang cukup panas berbeda dengan Jawa Barat yang relatif dingin. Lihat saja perbedaan antara suku Betawi dan Sunda. Dari mulai gaya bahasa, sikap, bahkan cara berfikir pun sangat berbeda.
Akh… saya mungkin type wanita pemikir ya.. Soalnya pikiran saya seolah tidak pernah berhenti memikir tentang sesuatu hal. Bahkan terkadang sesuatu yang detil dan nyeleneh, hehe…
Jika di Bogor maka membuat saya berpikir tentang Walikota nya, Bima Arya Sugiarto. Sosok lelaki berjenggot politisi PAN itu, jujur saja, saya agak riskan dengan pemimpin yang satu ini. Soalnya ia terkenal relegius. Ia sering melakukan sidak ke tempat hiburan malam, bahkan sampai melempar gelas. Untuk menunjukkan kemarahannya.
Ia tidak mentolerir hal-hal seperti kehidupan yang saya jalani. Dimana serba bebas. Padangan pemimpin seperti ini memang sebenarnya sangat baik untuk masyarakat pada umumnya. Tapi bagi masyarakatnya yang khusus, terutama mungkin seperti saya, jelas riskan.
Walau hingga saat ini, tempat hiburan malam masih saja ada di Kota Bogor. J
Ketika berada di tengah rimba gedung Jakarta, maka wajah Ahok lah yang bermain dalam kepala saya. Sosok Gubernur yang terkenal ‘ceplas-ceplos’ dan suka ngomong tanpa tedeng aling-aling. Ia sering kali mengambil kebijakan yang kontroversial. Berani berseberangan dengan orang-orang politik.
Ahok, juga sering di demo oleh para ormas yang tidak suka dengannya. Seperti organisasi berlabel Islam yang berupaya penuh melengserkannya dari kursi kekuasaan.
Melihat banyak masyarakat yang tidak suka dengannya, sebenarnya sempat terfikir kenapa Ahok tidak mau berkalborasi dengan orang-orang politik di DPR, ya… Dia kan punya kuasa untuk menggalang kekuatan secara politik.
Kenapa semua harus jadi lawan?
Jangan heran, saya begitu tahu tentang kehidupan malam di Jakarta. Karena memang saya wanita malam. Masih tidak percaya??? Saya tahu setiap sendi tempat dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan malam terjadi. Saya tidak akan menyebut lokasi dan tempatnya. Kasihan dengan pemiliknya, nanti di gerebek Petugas nya Ahok hehe… soalnya beberapa juga milik teman saya.
Di Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi salah satu pusat tempat hiburan malam di Indonesia. Semua ada. Bahkan, tempat tempat karaoke yang berlabel family pun. Rata-rata jika malam digunakan untuk berhibur diri cukup bebas. Termasuk malam ini, kami pun bertujuan ke salah satu karaoke. Malam memang selalu indah bagi saya.
*****
Oke… jujur saja, puncak nya malam untuk manusia dewasa adalah sex. Walau tidak semua manusia melakukan aktifitas sex setiap malam. Bahasa tepatnya mayoritas. Dan mungkin ada yang memilih disiang hari.
Seks adalah kebutuhan alami bagi setiap manusia. Sex sama dengan makan, tidur, atau buang air. Ia tidak dapat dihentikan. Mungkin hanya dapat ditahan. Itu pun system kerjanya sama dengan bendungan. Semakin kuat dibendung semakin kuat daya dorong untuk menjebolnya.
Seks adalah naluri. Setiap manusia tidak perlu di ajari. Sama dengan bayi yang menyusu pada ibunya. Ia akan bisa sendiri. Di beberapa Negara termasuk Indonesia, berbicara Seks dianggap tabu. Apalagi zaman dulu. Namun seiring tuntutan zaman pula, Seks sudah mulai dibicarakan di depan umum. Seks pula yang membuat orang seperti kami tetap dibutuhkan.
Hampir sebagian hotel di Jakarta, sebenarnya cukup membuka diri untuk orang seperti kami. Tapi tidak semua. Dan beberapa cukup terselubung. Juga terdapat beberapa tempat untuk urusan yang satu itu.
Sekuat apa pun dan sehebat apapun pemerintah DKI Jakarta melarang, celah tetap saja masih ada. Pun demikian dalam urusan narkoba.
Saya sebenarnya sering heran, narkoba dilarang. Sementara Diskotique di izinkan. Padahal disanalah potensi narkoba itu berkembang.
Memang mau ngapain ke diskotique tanpa narkoba dan minuman keras? Memang tidak heran, orang-orang bisa bertahan joget semaleman bahkan hingga pagi, jika bukan karena doping narkoba atau mabuk?
Saya sering tertawa sendiri, jika melihat di tv-tv tentang berita operasi penangkapan pecandu narkoba. Seolah-olah sedemkian hebatnya.
Jika mau dan benar-benar ingin tangkap pemakai narkoba, sana ke diskotique. Ribuan orang setiap malem bisa ditangkap.
*****
Bicara biaya, untuk bisa tahu dan menikmati dunia malam memang tidak murah dan sangat mahal. Di mana-mana juga begitu.
Tapi harga seolah sudah disepakati untuk tidak dipersoalkan dalam hal ini. Karena sebenarnya untuk kesenangan, sifat manusia cenderung tidak mempersoalkan harga. Yang jelas satu atau dua juta untuk satu malam masih terasa kurang. Belum lagi jika harus harus ada perpaduan antara wanita dengan narkoba. Pasti mahal.
Sebenarnya sama untuk kegiatan lain. Lihat saja seperti hoby memancing misalnya. Terkadang harga fasilitas jauh berbanding terbalik dengan harga ikan yang dipancing. Biaya untuk sekali memancing juga bisa mencapai jutaan, bahkan ada yang sanggup menyewa kapal untuk memancing dilaut. Sementara harga ikan yang diburu sebenarnya cukup dengan uang puluhan ribu dan bisa didapat dipasar dengan cepat tanpa harus capek.
Sensasi, itulah yang sebenarnya dicari. Di dunia malam, juga sebenarnya hanya tentang sensasi.
******
Sang Wartawan juga mengiyakan. Katanya, yang dicari sebenarnya hanya sensasi yang berbeda dan tidak mungkin didapat dirumah.
“Lah.. iya lah… gak mungkin ada lampu blitz disko dan spot dipancarkan dirumah. Apalagi sexy dancer,” timpal saya yang dijawab dengan nyengir oleh wartawan.
“he.. he..,”
“kemana kita,” Tanya saya.
Tidak dijawab, dan tanpa terasa mobil kami sudah memasuki wilayah Jl Mangga Besar Raya Jakarta barat. Cepat sekali bukan?? Malam memang membuat jalan di Jakarta seolah menjadi milik kita.
Sang Wartawan membelokkan mobil ke kiri. Mengarah ke salah satu hotel bintang 3 dan saya tahu, di lantai delapan memang tersedia tempat Karaoke CD.
Di sini, tidak menyiapkan kamar-kamar khusus. Di tiap room karaoke hanya disiapkan sebuah ranjang mirip sofa tapi tidak ada kamarnya. Kalau datang sendiri bisa pakai ranjang itu, tapai kalau datang ramai-ramai, dikasih tempat di ruangan lain.
Untuk tempat ‘eksekusi’ yang disediakan Karaoke CD itu gratis atau sudah termasuk fasilitas saat melakukan boking LC plus. Biasanya, sebelum memboking para LC, semua pengunjung yang datang tetap dikenakan Minimum Charge (MC).
Di Karaoke CD tersedia puluhan LC plus yang siap menemani para tamu yang datang. Hampir semuanya cantik dan berusia belia. Beberapa diantaranya adalah LC berdarah Chinese.
Room besar biayanya Rp. 2,5 jut dan kecil kena MC Rp 1,5 juta.
Sang Wartawan sendiri terlihat tidak begitu canggung, bahkan terlihat cukup mengenal wilayah ini. Wajah-wajah ramah menyambut kedatangan kami.
Kami mengambil room kecil. Dan sang Wartawan memesan minuman dan es batu.
________
Wonderful tonight milik Eric Clapton menjadi lagu pertama yang dipilih sang Wartawan saat di room karaoke berukuran standar itu.
… I feel wonderful because I see
The love light in your eyes
And the wonder of it all
Is that you just don’t realize
How much I love you….
Oh.. my god… syair yang indah sekali. Walau bukan suara Eric Clapton asli, tapi saya sangat menyukai lagu itu. Sangat.. Apalagi Suara si Wartawan asik juga.
Tahukah?? Bahwa setiap wanita dengan apa saja yang dilakukannya untuk dia terlihat cantik sebenarnya hanya berharap agar ada seorang lelaki mengatakan kata-kata seperti dalam lirik lagu Wonderful tonight itu. Sebuah pujian dan kata yang mampu membuat wanita menyerah begitu saja.
Kata-kata seperti itu juga yang diucapkan Riky Hidayat kakak kelas saya waktu itu. Ia mampu memasuki setiap celah yang kosong dalam hati saya. Ia salah satu bintang dalam bidang olah raga cabang voley ball. Ia sebenarnya diminati banyak cewek. Memang tidak begitu atletis bentuk tubuhnya, sedikit kurus tapi itu ditutupi dengan gayanya yang penuh percaya diri. Penggoda dan sedikit cuek. Tidak banyak bicara tapi matanya nakal.
Kak, begitu saya memanggilnya. Kami sering mencuri waktu untuk selalu bersama. Di Kabupaten Kepahiang – Bengkulu, ia tidak tinggal dengan orang tuanya. Dia kost di bilangan Pensiunan, masih termasuk dalam kota Kepahiang. Diam-diam saya sering kesana. Sebagai remaja, hal-hal seperti itu sangat indah bagi saya waktu itu.
Kak Riky juga remaja yang bertumbuh dewasa. Ia menyukai hal-hal menantang dan ingin tahu banyak tentang sesuatu yang baru. Termasuk tentang rasa wanita.
Saya sudah pernah melalui hal itu, tapi jujur saya tidak tahu rasanya. Hanya luka yang tersisa dan terus membekas diberikan Arles.
Sangat jauh berbeda dengan sentuhan yang diberikan kak Riky, membuat saya ingin lagi dan lagi.
Saya tahu, Kak Riky suka lagu Naluri Lelaki milik Samson. Dan biasanya, ketika tembang itu diputar oleh stasiun radio Rafindo FM. Ah… Rafindo FM, dulu, dulu sekali, menjadi hiburan cukup favorite saya.
Maka ketika lagi Naluri Samson di putar, volume radionya akan diputar maksimal. Saya selalu senang melihat ekspresinya bernyanyi, bahkan melebihi senangnya ketika melihat Bam Samson-nya sendiri yang bernyanyi. Dan setiap kali lagu itu disiarkan saya dan kak Riky akan menikmatinya dengan cara berbeda. Dia bernyanyi dan saya melihat ekspresinya.
Dan pada bagian lain, naluri lelaki kak Riky melangkah lebih jauh menyentuh bagian terdalam dari jiwa saya. Sentuhannya sering kali merambat dikulit saya yang menurut banyak orang tidak berbeda dengan milik syahrini.
Tau dengan Syahrini? Artis berdarah sunda yang mempopulerkan lagi lagu ‘Aku Tak Biasa’ milik Alda Risma.
Tau dengan Alda Risma? Dia juga artis. Namun nasibnya tragis mati, ditemukan terbujur kaku sendiri dikamar hotel. Ada yang mengatakan dia over dosis.
Sentuhan yang menghantarkan kehangatan itu membuat kami ingin selalu menyatu dan lebih dekat lagi. Kak Riky memang belum pernah melakukannya, tapi naluri alamiahnya menuntun kami terus saling menyelami. Saya mengeletar hebat dan merasakan sesuatu hal yang luar biasa dan untuk pertama kali walau sebenarnya untuk kedua kalinya.
Kenapa saya menyukai lagu Winner berjudul ‘Kesaktianmu’
Kau tikam aku dengan cintamu
Dan rasanya manis sekali
Rasanya manis sekali ih ih
Kau berikan aku surga dunia
Dan rasa ingin ku ulangi
Rasa ingin ku ulangi
Kesaktianmu membungkam mulutku
Menjadi lemah tak berdaya
Karena lagu itu mengingatkan saya pada kak Riky, dan hingga saat ini dia adalah kenangan yang indah dan rasanya manis sekali. Kak… aku sayang kamu hingga kini..
“Hei jangan melamun,” Sang wartawan menyodorkan segelas bir putih. Dan ia sendiri menenggak Bir hitam.
Bir mengalir melalui tenggorokan saya, terasa dingin. Sedikit rasa pahit, namun di ujung lidah terasa manis. Aroma permentasi yang sangat saya suka memasuki saluran pernafasan. Hmmm…
“Mau nyanyi?” lanjut Sang Wartawan.
“Males,”
“Terus?…. Ya sudah kita ngobrol saja,” volume sound system dikecilkan.
“Tapi jangan tentang Arles…”
“Ok.. Jadi tentang siapa?”
“Kak Riky, gimana?”
“Terserah… yang punya cerita kan kamu. Saya hanya menulis dan menyensor yang bisa bikin majalah dan media online saya di tentang MUI, hehe..”
Saya jadi tahu, sebenarnya cara kerja Wartawan. Wartawan tidak banyak bicara, ia lebih banyak mendengar dan memancing orang untuk bercerita.
Jadi ketika Wartawan banyak bicara maka perlu dipertanyakan apakah dia benar wartawan atau bukan. Soalnya jika ia Wartawan kapan ia bisa dapat bahan tulisan jika terlalu banyak bicara.
Di depan saya Wartawan yang satu ini adalah pendengar yang baik. Ia tidak pernah menyela, bahkan tahu kapan harus bertanya dan kapan harus membiarkan saya hanya diam.
Saya juga jadi tahu, jika kemudian wartawan bertumbuh menjadi orang yang banyak tahu. Karena ia selalu mendengar segala sesuatu langsung dari sumbernya.
Tentang pertanian, ia akan mendengarkannya dari ahli pertanian. Tentang politik maka ia akan berhubungan dengan para pelaku politik, tentang dunia malam maka ia akan berada ditengah dunia malam itu sendiri.
Wartawan menjadi tahu, asinnya garam dengan cara mencicipi garam itu sendiri. Bukan dari kata orang atau dari berita. Karena, sejatinya dia lah media utama beredarnya berita itu sendiri yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk tulisan, visual, dan atau suara.
Dan wajar pula jika banyak orang menganggap wartawan serba tahu.
“Terus gimana dengan kak Riky mu itu,” suara Sang Wartawan berada tepat disamping saya.
Riky adalah cinta pertama saya dan akan selalu menjadi bagian dari hidup saya. Ia yang membuat saya merasa harus tampil cantik. Ia juga yang membuat saya harus menebarkan aroma wangi diseluruh tubuh saya agar ia mau mencium setiap bagian tubuh saya.
Dan dia juga yang telah merusak rambut saya. Nah bagaimana itu? Ceritanya, semua masyarakat tahu style rambut zaman sekarang. Rambut lurus atau trend harajuku. Dan saya salah satu pengikutnya. Prosesnya ya.. harus rebonding di salon. Hasilnya cantik, menarik dan modis. Yang jelas saya ingin tampil seperti itu.
Selain rebonding maka perlu perawatan yang maksimal. Setiap keramas harus pakai conditioner. Setelah keramas pakai hair tonic. Pakai masker rambut seminggu dua kali. Sebisa mungkin hindari pemakaian hair dryer. Belum lagi harus memberikan vitamin rambut agar tetap sehat. Untuk menjaga rambut tetap lurus biasanya menggunakan catok rambut.
Yang menjadi persoalan karena terlalu sering menggunakan catok rambut, selain menghilangkan kelembapannya, juga rambut jadi rusak dan mati.
Malu untuk diceritakan sebenarnya. Saya salah satu korban trend itu. Dan menjadi salah satu dari sekian banyak wanita yang harus beketergantungan dengan catok. Jika tidak, rambut yang sudah mati atau rusak itu akan terlihat awut-awutan. Seperti karet atau tidak ubahnya seperti bulu jagung.
Hiiiii… apalagi kalau baru bangun tidur. Tak jauh beda seperti singa.. hehehe.
Tahukah.. sebenarnya itu semua untuk laki-laki. Untuk agar di cintai laki-laki. Bukan untuk kami para wanita. You know!!!…. kak Riky… I need ‘u..
Ini lah kenapa saya mengatakan Kak Riky merusak rambut saya. Karena saya ingin tampil cantik di depannya.
Kak Riky tidak bodoh, dan saya tidak berusaha untuk menutupinya. Kejujuran yang harus dibayar mahal. Saya mengakui bahwa saya pernah dipaksa oleh Arles.
Seperti biasa, kost-an kak Riky, bagi saya waktu itu adalah tempat ternyaman yang ada didunia. Semua ke indahan ada disitu. Kami sering mengarungi berbagai petualangan disana. Dengan kesatuan kami.
Saya yakin Dodhy si pencipta lagu ‘Kesaktianmu’ yang dinyanyikan band Winner tahu persis apa yang aku rasakan saat-saat seperti itu.
Saat ini, walau dalam ruangan karaoke. Jauh dari kampung saya. Ketika saya pejamkan mata. Mengingat. Moment, aroma, suasana, dan banyak hal, dapat dirasakan dengan amat sangat jelas.
Ketika tangan kak Riky memeluk saya dari belakang. Membisikkan kata-kata yang nakal.. mendorong saya hingga terjatuh ketempat tidur yang disusul dengan tindihan berat badannya. Terasa sesak namun mengasikkan.
Saya masih ingat.. walau dengan mata terpejam kak Riky dapat menyentuh setiap bagian yang memang saya ingin di sentuh. Darah mengalir dengan deras. Tidak menentu. Napas tidak bisa dikontrol, semua seolah memburu… ingin mencapai ketitik yang lebih lagi. Ketika kak Riky mulai bergerak maka saya akan membuka diri. Detak jantung seolah berpacu.
Tangan kak Riky merayap dan melelusuri setiap mili hampir seluruh tubuh saya. Darah saya, sering kali berhenti mendadak, saat gerakan kak Riky berubah. Dia membuat sistem syaraf saya mendapat berjuta respon yang mengeletar.
Ach.. saya paling tidak kuat jika ciuman Kak Riky mulai merambat kebawah….
Bersambung …

You must be logged in to post a comment Login